Author Archives: Satrianawati

ETIKA GENERASI DIGITAL DAN PROGRAM MERDEKA BELAJAR

Tulisan ini merupakan satu dari 15 essay sebagai Pemenang Lomba Menulis Esai Simposium Nasional ”Refleksi Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Peningkatan Mutu Menuju Habitus Baru”
Pada 1 Juli 2021

Kondisi Terkini di Era Digital
Penggunaan digital di era Revolusi Industry 4.0 menjadi penanda kemajuan kehidupan modern abad 21. Revolusi industry digital sebagai tatanan dunia baru, dunia tanpa batas teritorial maupun batas kebudayaan umat manusia menjadikan Generasi digital Indonesia tidak siap dalam menyambut dunia tanpa batas. Akibatnya, media sosial digunakan untuk menampilkan diri menjadi narsis bahkan semua permasalahan pribadi, keluarga, dan masyarakat diungkapkan secara los-dol untuk memaki dan berkata kasar penuh dengan aneka tuduhan ala teori konspirasi. Sehingga, media sosial menjadi infobesitas atau banjir informasi yang tidak penting.

Microsoft merilis “Indeks Keberadaban Digital” atau “Digital Civility Index” yang menunjukkan tingkat keberadaban pengguna internet atau netizen sepanjang tahun 2020. Hasilnya memprihatinkan, karena menunjukkan bahwa tingkat keberadaban (civility) netizen Indonesia sangat rendah. Laporan yang didasarkan atas survei pada 16.000 responden di 32 negara antara April-Mei 2020 itu menunjukkan Indonesia ada di peringkat 29. Survei itu mendapati 47% yang disurvei pernah terlibat dalam bullying di dunia maya, 19% bahkan mengatakan pernah menjadi sasaran bullying. Kelompok yang paling terpapar bullying di internet adalah generasi Z atau yang lahir antara tahun 1997-2010 (47%), kelompok milenial atau yang lahir antara tahun 1981-1996 (54%), generasi X atau yang lahir antara tahun 1965-1980 (39%) dan kelompok baby-boomers atau yang lahir antara tahun 1945-1964 (18%). Berdasarkan hasil survey, Indonesia pada tahun 2020 menjadi negara dengan warga netizen paling tidak beradab di Asia Tenggara (Eva Mazrieva, 2021).

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) juga melakukan survey tentang penggunaan internet. Hasilnya adalah pengguna dan pelaku pembulian di internet terbanyak dilakukan oleh generasi dengan tingkat pendidikan tertinggi hanya tamatan Sekolah Dasar (Raharjo, 2021). Survey menunjukkan bahwa generasi muda banyak menghabiskan waktu dengan bersandiwara simulakra di media sosial yang jauh dari budaya keilmuan dan justru terjebak dalam isu pinggiran dan membuat tidak produktif. Waktu dan energy habis dalam perdebatan absurd yang tak berkesudahan.
Kedua hasil survey tersebut menunjukkan permasalahan yang sangat serius dan menunjukkan rendahnya kualitas generasi Indonesia. Masalah digital tidak hanya terjadi di Indonesia, dari Estonia dan Singapura sampai ke India, dari Eropa Barat sampai Amerika bersama-sama sedang mencari solusi dalam menghadapai tantangan era digital. John Borthwick (Keen, 2019) mengemukakan lima hal memperbaiki masa depan digital: pemanfaatan platform teknologi, membuat aturan untuk tidak percaya pada informasi digital begitu saja, memberikan tanggungjawab terhadap manusia tentang penggunaan teknologi, membiasakan ruang public dengan kegiatan produktif, dan penjaminan system pengamanan sosial pengguna internet. Belajar dari hal tersebut, Indonesia sebagai bagian dari world citizenship atau masyarakat dunia memiliki tanggungjawab memperbaiki tatanan kehidupan berbudaya, berbangsa, dan berglobalisasi.

Program Merdeka Belajar Berbasis Konstitusi
Dalam Program Merdeka Belajar, pembelajaran etika dan kesadaran perilaku baru sangat diperlukan untuk menciptakan generasi digital yang cerdas dan mencerahkan, produktif dan berbingkai keadaban mulia. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dalam pembelajaran perlu memasukkan nilai-nilai agama. Tentunya memasukkan nilai agama bukanlah sebuah pemikiran pragmatis dan sekuler. Bukan pula alergi dan menolak digitalisasi. Tetapi karena nilai agama dan akhlak mulia melekat dalam peta jalan pendidikan maupun pemikiran dan kebijakan pendidikan nasional yang telah disusun dalam perundang-undangan yang bersifat fundamental dan imperative. Pemerintah, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan kementerian pendidikan dan kebudayaan atau institusi Negara apapun, akan salah jika menjauhkan nilai-nilai ketuhanan dan keagamaan sebagaimana menjadi perintah konstitusi tersebut (Haedar Nashir, 2021).

Lebih lanjut, melalui program merdeka belajar guru perlu membangun komunikasi yang lebih baik lagi dengan orang tua. Orang tua perlu diberikan ekspektasi yang realistis tentang pencapaian anak ketika Belajar dari rumah. Guru perlu menggunakan penilaian profesional untuk menilai konsekuensi dari pembelajaran tersebut (Karmila, 2021). Etika digital pada program merdeka Belajar sejalan dengan pemikiran Bapak Ki Hadjar Dewantara yaitu a) tidak hidup terperintah; (b) berdiri tegak karena kekuatan sendiri; (c) cakap mengatur hidupnya dengan tertib (Bukik Setiawan, 2021). Olehnya itu, kesadaran belajar sendiri di rumah sangat membutuhkan keterlibatan aktif orang tua. Utamanya mengontrol jadwal belajar anak yang dilakukan secara digital. Orang tua perlu diberikan pemahaman tentang etika pembelajaran digital. Etika di Dunia Digital merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquet) dalam kehidupan sehari-hari. Olehnya itu, ada etiket dan netiket yang harus dipahami oleh generasi digital. Dimana etiket atau tata cara individu berinteraksi dengan individu lain atau dalam masyarakat. Sedangkan Netiket atau etiket berinternet perlu diajarkan untuk membangun Negara yang beradab.

Sehubungan dengan etiket dan netiket, seorang pemikir dan filosof dari Jerman Imanuel Kant (1724-1804) menyatakan “If an action is not right for everyone to take, it is not right for anyone” Jika tindakan tidak tepat untuk diambil semua orang, itu tidak tepat untuk siapa pun. Sebuah pendapat yang menyatukan rasionalisme dan empirisme yang perlu dipahami dalam pembelajaran digital. Tantangan yang dihadapi membutuhkan sebuah paradigm baru dalam pembelajaran. Teknologi digital mendesak pedagogy digital sebagai paradigm baru dalam proses pembelajaran(Suwignyo, 2021). Selain menguasai pedagogy digital, guru sebaiknya memiliki skills dalam hal menggunakan Technology di era revolusi Industrial 4.0, Memahami perkembangan ilmu pengetahuan baru, memiliki kesadaran global, dan yang paling penting memiliki kemampuan untuk terus belajar (Adrianus Asia Sidot, 2021).

Penanaman Etika Digital pada Program Merdeka Belajar
Pelaksanaan pembelajaran pada program merdeka belajar saat pandemic bahkan setelah pandemic perlu digunakan metode pengajaran Hybrid. Hanya saja durasi penerapan hybrid learning ketika pandemic berakhir dapat dikurangi dan diganti dengan tatap muka secara offline.
Hybrid learning dilakukan dengan cara guru menginstruksikan siswa langsung dengan jarak jauh secara bersamaan. Metode pengajaran asinkron digunakan untuk melengkapi instruksi tatap muka yang sinkron.

Dalam proses pembelajaran, generasi digital dibimbing untuk menyadari pentingnya menerapkan etika digital dalam menggunakan internet, utamanya media sosial. Generasi digital diarahkan kepada tidak percaya langsung tanpa dibuktikan dengan penelitian(Worden, 2019). Sehingga sangat penting untuk menanamkan knowledge based research pada generasi digital. Keunggulan dari knowledge based research adalah mengembangkan sikap generasi digital yang ilmiah melalui etika ilmiah serta menggunakan teknologi untuk hal-hal yang positif dan produktif.
Knowledge based research diterapkan melalui model problem based learning, project based learning(Satrianawati, 2018) dan Science, Engineering, Technology, Mathematics STEM(Sunarto, 2021). Hal ini didasarkan pada karakter generasi digital yang fasih teknologi, social intents, dan multitasking (Satrianawati, 2018). Karakter ini dapat dibentuk melalui tanggungjawab menyelesaikan tugas. Oleh karena itu guru perlu membuatkan petunjuk atau Lembar Kerja Siswa (LKS) secara lengkap dan komprehensif.

Melalui model problem based learning, project based learning, dan STEM siswa dapat melaksanakan pembelajaran secara mandiri dan tematik dari rumah. Guru memberikan instruksi atau tugas pada siswa sesuai materi ajar. Siswa diminta melakukan praktik mandiri, membuat laporan dari tugas yang dikerjakannya. Kemudian, menggunggah dan menceritakan kegiatan belajarnya di media sosial yang digunakan. Selanjutnya saat tatap muka berlangsung, guru memberikan refleksi tentang perasaan generasi digital ketika menggunakan media sosial untuk hal yang produktif dan bermanfaat. Serta memberikan penguatan tentang manfaat memposting hal yang produktif dan bermanfaat. Melalui hal ini, penanaman etika digital pada generasi digital dapat ditanamkan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar berikut:

Gambar 1. Alur Penanaman Etika Digital pada Generasi Digital

References
1) Adrianus Asia Sidot. (2021). Kebijakan Pendidikan di Indonesia. UKSW, Yogyakarta: Webinar Refleksi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Menuju Habitus Baru pada Jenjang Sekolah Dasar, 2 Juni 2021.

2) Bukik Setiawan. (2021). Merdeka Belajar Pada Pendidikan Prasekolah & Dasar. UKSW, Yogyakarta: Webinar Refleksi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Menuju Habitus Baru pada Jenjang Sekolah Dasar, 2 Juni 2021.

3) Eva Mazrieva. (2021). Digital Civility Index. Retrieved from https://www.voaindonesia.com/a/indeks-keberadaban-digital-indonesia-terburuk-se-asia-tenggara/5794123.html

4) Haedar Nashir. (2021). Pendidikan Nasional Berbasis Konstitusi. Suara Muhammadiyah, Edisi 06, 16-31 Maret, 16–17.

5) Karmila, W. (2021). Refleksi Implementasi Merdeka Belajar selama Masa Pandemi Covid 19 pada Jenjang Pendidikan Dasar. UKSW, Yogyakarta: Webinar Refleksi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Menuju Habitus Baru pada Jenjang Sekolah Dasar, 2 Juni 2021.

6) Keen, A. (2019). How to fix the future : staying human in the digital age. United States of America: Atlantic Monthly Press. Retrieved from www.atlantic-books.co.uk

7) Raharjo, A. B. (2021). Digital Ethics Issue and Technology Use. Surabaya: Webinar Literasi Digital Kabupaten Sumenep, 9 Juni 2021.

8) Satrianawati. (2018). Model Pembelajaran Untuk Keterampilan Abad 21. (Satrianawati, Ed.). Yogyakarta: Depublisher.

9) Sunarto. (2021). Refleksi Implementasi Pembelajaran Berbasis STEM dan Pembelajaran Abad XXI. UKSW, Yogyakarta: Webinar Refleksi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Menuju
Habitus Baru pada Jenjang Perguruan Tinggi, 3 Juni 2021.

11) Suwignyo, A. (2021). Pedagogi Digital Sebagai Paradigma Baru Pembelajaran. UKSW, Yogyakarta: Webinar Refleksi Pembelajaran Di Masa Pandemi Covid-19 dan Strategi Menuju Habitus Baru pada Jenjang Perguruan Tinggi, 4 Juni 2021.

12) Worden, K. J. (2019). Disengagement in the Digital Age: A Virtue Ethical Approach to Epistemic Sorting on Social Media. Moral Philosophy and Politics, 6(2), 235–259.
https://doi.org/10.1515/mopp-2018-0066

The first time came in Harbin

On afternoon August 28th 2017 I went to Jakarta city to transit because tomorrow morning I would go to Harbin. I through the long and heavy journey, I flight by Xiamen air. My flight started in Jakarta-Xianmen-Nanjing-Harbin. Jakarta to Xianmen, I flight for six hours and waiting for continuing 2 hours. From Xianmen to Nanjing I flight for 3 hours and when I arrived in Nanjing, I though the city is Harbin, because in my ticket just wrote Jakarta-Xianmen-Harbin. I opened my ticket from my bag and saw that written was different. I asked the man and they can not to speak in English, they just given information using their body that I must go back in air plane. But, it was plane not a ship or but, I must check in again. I was accompanied by woman who work in airport. She and I run fast, we must be quickly and the plane had to flight just waiting me. I until in the plane and the pramugari said the plane will be flight now. I am very exhausted. In the plane she (Pramugari) gave me a food, and I asked her, what is this? She said it is a fork. I said oh No, I change the food for her and she went back and give me halal food. I said: Alhamdulilah xie xie.
At 10.12 p.m, on August 29th 2017 I arrived in Harbin. The weather is very cold 100C and all passengers were run. I also run to but the people look forward me they asked to take picture with me, because I’m differ. In my heart, I said oh I am foreign here and am cackle alone.hehehheheh
In Harbin airport I confused because I did not see the man who can pick up me, after 20minutes the woman up the paper and wrote Sastrianawati Indonesia. I went to them and I said Alhamdulillah you pick up me here. Thank you very much, what is your name, she said my name is Nathalinda Nainggolan you can call me Nata. I saw she not used veil and my heart said she is not moslem. I was invited by her in the 515 dorm in Harbin 1 apartment.
In the 515 room there was a girl from Mongolia. In my mind the people from Monggo was cruel because they were moeslim enemy. But I don’t care I just cleaned my self and took a rest. In the morning I tide up my clothes that I brought from Indonesia. I registered in the 113 room and I backed in my room and took a rest because I am very exhausted. Before, I sleep my roommate came in our room with her friends. She also from Monggolia too. She introduced her self to me and I am happy have a new friends. But I don’t know why? In the afternoon I’ve just woke up from my rest, Nata woke up me and said, sister, you must move from this room. I said what are you telling about me? I just woke up and you said like that. She explained to me that my roommate dislike to live with me, because she was uncomfortable because I am moslem. I move in that day and cleaned the room. It was very dirty, I closed my nose and little by little I can breath with well.
For 5 days, I have been living in 425 room, suddenly my roommate was coming 12.00 pm. She was from Rusia, she is beautiful and tall. Her name is IANA. She also sang song for me “welcome in harbin” it is the title of the song. She created alone and she has kindly, polite, and miss me. She came in the 425 room while I was typing Journal for my Boss in campus. That is my story.

The correlation between Using Technology and Cross-Cultural Understanding of Well-Being within Educational System

Satrianawati
Primary School Education of Ahmad Dahlan University

Abstract
This Research aimed to analyse the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system. This analysis will be concerned with two fundamental issues: the first, how using technology in the educational system changed cultural of human habit, the second what is the relation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system. The method in this research used mix method. The result of this research had inform and giving comprehensive to analysis about the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system. It had three established, such as: (1) learning in globalisation were faced two challenge, the first about study perception and the second about ICT and its development had influenced human study. (2) learn in school began to involve using instructional media interactive. (3) globalisation era and using technology had connected to the cross-cultural understanding of well-being within the educational system. Based on that result known that it had the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system.

Keywords: Using Technology and Cross-Cultural Understanding

Introduction
Cross-cultural understanding of well-being was not the first change that habitual human different than before. All people had a brain to think about how to made something be simple and easy to have. Like and dislike, people have to have a skill and using their thinking to do something that they can get when they implemented or took things in life around. Consequently, using technology is not separated with the cross-cultural understanding of well-being.
As we know, using technology had a positive and negative effect. Technology has the large meaning and the large perception. Within educational system using technology have taken important aspects. The problem presented in society using technology having accepted and refused many people because, they have perception using technology make their child was not creative and only enjoying the technology, in other reason that accepted technology have perception technology can make them solve the problem easily and quickly. This perception changed habitual that formed by culture long time in society. It can show to us how cross-cultural accepted and giving understanding in society. Cross-cultural within educational system can be shown using technology in learn. Especially in the educational system, using technology not only was used by the teacher when they learn but also was used a subject matter.
Educational technology influenced many systems. Educational technology hegemony had the perception that there were software and hardware is everything. It was hegemony in our habit and forgetting about what we had since we were born. This is also the problem in using technology because software and hardware were in technology. It made many people forgotten what they have “a brain” to think about what they can do. Many people trapped in using technology and it was cross-cultural of well-being understanding that humanly has. Using technology in life made a simple thing and made it easy to solve problems. It was not hegemony because using technology many works that they can finish it with different one was not using technology. All problem can be solved by using technology. In education took advantage technology like learning multimedia to solve study problem. Alike using technology, the public had a cross-cultural understanding of well-being. To simple this explains can be drawn in figure 1.

Figure 1. The correlation between using technology and cross-cultural
understanding of well-being within the educational system

In figure 1, using technology is not separated with habitual human life. All aspects can change. The correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within educational system always discussed all people. This case never ends. Cross-culture understanding is known by people because using technology. Culture in society was changed by using technology like handphone. Using handphone change communication someone with her/his friend from far away and estranged someone with her/his friends from friends that sit down together. How about education? In history, an educational technology programme had explained technology change mindset and work teacher and students. Habituality in teaching and learning make easy to teacher and students to accomplish their work. Educational systems also to effort gives understand to cross-habitual in teaching and learning. The students take this moment with a different condition.
Based on the explain, the analysis in this paper will be concerned with two fundamental issues: (1) How using technology in the educational system changed cultural of human habit? (2) what is the relation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system?
Methods
Research Methods used is mix method. Collecting data used documentary study and questionnaire. It was used to see the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being on the educational system. Population data was taken students in college four semesters or they have 18-20 years old. The sample in this research had 88 students. The male was 22 of students and the female was taken 64. The questionnaire had valid 10 of 15. Thus, questionnaire consists of 10 questions. The question in this questionnaire had answered “yes” and “no” scale. Analysis data used Gutman scale. The data used for substantiating the documentary study. The qualitative method used documentary study for several journals and analysing answer interview of students.

Result and Discussion
A. Using Technology in Educational System Changed Cultural of Human Habit
The students learn in class always using technology. It hopes by educational technology which is a complex, integrated process, involving people, procedures, ideas, devices, and organisation, for analysing problems and devising, implementing, evaluating, and managing solutions to those problems, involved in all aspects of human learning (Januszewski & Molenda, 2008). It also was influenced by cross-cultural in human life. In globalisation era, cross-cultural presented on the educational system. Thus, using technology helps us to be better than before. The questionnaire consists of how students learning in this era and how their culture or their habit influence their study which is using technology. The result in questionnaire had informed that:
SAMPLE/QUESTIONS Answer Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7 Q8 Q9 Q10
Class F Yes 43 43 29 31 10 43 17 3 43 43
No 0 0 14 12 33 0 26 40 0 0
Class G Yes 45 45 20 40 45 4 29 44 45 45
No 0 0 25 5 0 41 16 1 0 0
All Sample 88 88 88 88 88 88 88 88 88 88
Table 1. Questionnaire Result
The result on the table consists of yes and no answer from two class and all sample is 88. It can be showed in figure 1.

Figure 1. Questionnaire Result
Based on the table and figure 1, most of all students showed that they change their learning because using technology. Using technology changes their ways of learning, although they prefer manual writing to typing whereas using technology make it easier for them to understand the material. The students have also preferred the new method to understanding their lesson involving technology to manually such as read the books. The result showed cross-cultural influenced their learning. Cross-cultural was influenced by using technology. Using technology in education and it is the subject matter and form life pattern of students. The female was consisting 64 of students almost said that life needs technology. Using technology in learning represented their self-respecting and can not be changed. Using technology seceded their habitual which is want to help by other ones. Using technology was diminish dependence to other people.
In humanistic theory was explained by Maslow, using technology in the educational system changed cultural of human habit, because technology giving easy and can connect self-actualisation in social media. In humanistic theory called Maslow’s Hierarchy of Needs.

Figure 2. Hierarchical Levels Within A Pyramid

This five stage model can be divided into basic (or deficiency) needs (e.g. physiological, safety) and growth needs (e.g. love, and esteem) which relate to fulfilling our human potential (self-actualization). The deficiency or basic needs are said to motivate people when they are unmet. Also, the need to fulfil such needs will become stronger the longer the duration they are denied. For example, the longer a person goes without food the more hungry they will become. One must satisfy lower level deficit needs before progressing on to meet higher level growth needs. When a deficit need has been satisfied it will go away. However growth needs continue to be felt and may even become stronger once they have been engaged. Once these growth needs have been reasonably satisfied, one may be able to reach the highest level called self-actualization. Every person is capable and has the desire to move up the hierarchy toward a level of self-actualization. Unfortunately, progress is often disrupted by a failure to meet lower level needs. Life experiences, including divorce and loss of a job, may cause an individual to fluctuate between levels of the hierarchy. Maslow noted only one in a hundred people become fully self-actualized because our society rewards motivation primarily based on esteem, love and other social needs. in social needs like FB, Twitter, path, etc to actualisation their self. The young generation shared their self like photos and videos in social media given happiness in their self. Information also was given by the internet, so nothing to say difficult about a study, exercises because of all of their finds, there is on the internet.
Collecting data was also Continued by interview, 80% of students said using technology like handphone make them was not concentration to study and only active to open the social media. Although, using technology can not separate from their habit. Find information, and make them be lazy to find references in books, journal, etc. And the more negative effect many students said lazily to study and using technology like handphone or computer which they can access the internet, they open social media like facebook, twitter, line, etc. When they open social media they interesting to write what they mind. Therefore, using technology made cross-cultural understanding of well-being on educational system seemed in their ways of learning was not effectiveness.
Using technology is also a part of the social interaction. (Schunk, 2008: 428) Recall that Vygotsky believed that people and their cultural environments constituted an interacting social system. Through their communications and actions, people in children’s environments taught children the tools (e.g., language, symbols, signs) they needed to acquire competence. Using these tools within the system, learners develop higher-level cognitive functions, such as concept acquisition and problem-solving. As Vygotsky used the term higher mental function, he meant a consciously directed thought process. In this sense, self-regulation may be thought of as a higher mental function. the social system, tools, and using technology is coherent in that statement. Using these tools within the system like technology should be made students active and creativity.

B. The Correlation Between Using Technology and Cross-Cultural Understanding of Well-Being within The Educational System
The correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being within the educational system. It can be seen by cross-curricular theme human being and technology (Jarvinen & Rasinen, 2015). It was established by implementing technology education in Finland, what the majority of young people understood the connection between technology and manual skills.
Therefore, human skills must be prepared their life skill start now. Because social systems made different culture, so cross-cultural well being on the educational system had influenced by technology that used in school. It was fundamental to establish three points in some journals and textbook which was analysed in this research. Thus, the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being on educational system had been established the big three information, such as:
1. Learning in globalisation were faced two challenge, the first about study perception and the second about ICT and its development had influenced human study
Learning in this era faced two challenge. The first about change perception in learning and the second about information technology and communication (ICT) had big development. Public perception about the study in school had up and down. It about curriculum always changed when changed minister education: in Indonesian (Satrianawati, 2014). Public perception was different where they lived, as an example rural community and capital city. Society in a rural community part of them had primitive thinking about educational development in our country, exactly in Indonesia. Society lived in a rural community only continue what they had a habit for time to time and had little influence on change curriculum.
The second was about ICT and its development had influenced our study. Pupils in class studied large subject matter that to form how their thought, how they spoke, and how matter they did. Wallach (2015) had researched about measuring the influences that affect technological literacy using ICT in school, such as:
a. The technological literacy based on gender, race, and socio-economic status showed that the male students, the men also more interested in fixing, assessing, or analysing technology than women. By race showed the weakness research, because the small number of minorities group scored slightly lower than nonminorities group. however, the sample of minorities groups it is smaller than nonminorities group.
By economic status about this research showed the weakness because the high economy had a higher mean than a low economy. However, socio-economic status (SES) was determined by students’ self-reporting of free and reduced-price lunch qualification. It is possible students could have been embarrassed to answer thoughtfully or may not have known whether they qualified or not.
b. The factors are common among the technologically literate students showed that father’s and mother’s education was divided into three larger subgroups, consist of high school or less, some college, masters or higher have the big effect. It means common factors had effect technologically literate students.
c. The common factors exist among students who struggle to achieve technological literacy showed performance by grade level and standards performance by gender. In a performance by grade level 9th – 14th years old have equal exposure to technology education classes, but students have the option to take or not take technology courses at the high school level.
In standards performance by gender showed males performed better than females in all areas; however, differences were not significant for all areas. In attributes of design, power, and energy, information and communication, transportation, and manufacturing, the males mean score were statistically significantly higher than females. It had meant the common factors exist among students had the effect to achieve technological literacy.
2. Learning in school began to involve using interactive instructional media
Using technology as media to interactive instructional to helping problem study that student was faced. Many researchers had explained that growing appreciation and supporting students to know about the majority that they have. In school always using technology to make active learning in their activities. Kuswandari & Suryanto (2015), Elpira & Gufron (2015), Dewi et.al (2014) also had been established instructional multimedia development can use to individual learning and group learning anywhere and anytime.
3. Globalisation era and using technology had connected to cross-cultural understanding of well-being on educational system
It is the big established in this research. Globalisation era made many different situations. Many countries urged to develop their country to be a popular country with the well-being of cultural on the educational system. To know about this established, it was explained, started by a negative and positive effect on human life when they using technology. Because At issue appears if something can change to be better than before and to be a advances have to have a positive and negative effect. That is, an effect being moulded, by instructional on educational systems. The positive effect had about educational technology which was the student always used technology to have extraordinary benefit. It was started by exploration high quality of subject matter, such as literature, journal, e-book, and have a scientific discussion until had the consultation to expert science. It was simple and easy to do it. It did by e-mail, facebook, twitter, blog, etc.
Negative effect educational technology in our country was less awareness from people to access information although the information is not used in their life. Knowing everything particular object (KEPO) was known in young generation. It was familiarity used strengths technology to know about something less important. Finally, young generation wasting time to play games and they were not studying. It was dangerous to the young generation.
Based on explained, using technology in education system had changed human life pattern. However, using technology in education system the ‘big idea’ of teaching and learning to make easy and simple or it lacks precise definition to said that. More than this, it is in danger of school in the rural community, if it has not already become yet. Nonetheless, the term using technology captures elements of a widespread perception that there is a broadening, deepening and speeding up of understanding of student about matters because it had interconnectedness in all aspects of life, from the cultural to the criminal, the financial to the environmental.
Using technology can change human life pattern. Work something took time before or wasting time only explain one matter. By technology, students can know everything that they want to know. Accordingly the statement, the correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being on educational system has answered two fundamental issues:
1. Using technology in learning was a part cross-cultural in globalisation era that changes the human habit. It explaining that using technology was not separated in our life.
2. Using technology help students to finish their task, find information, self-taught, self-made, and made students self-confidence.
3. The students feel comfortable learning using technology and its well-being to their self.
4. Using technology in their learn made life pattern in their activities.
Based on the discussion in the previous section, illustrated and analyzed by journal had accreditation to be describe later, the following conclusion may be made: not only were using technology in educational system, but cross-cultural understanding of well-being can change habitual human life, in school used multimedia interactive for instructional and helping students to understand the subject matter. Thus, the correlation between using technology in the educational system made cross-cultural understanding of well-being.

Conclusion and Suggestion
The correlation between using technology and cross-cultural understanding of well-being on the educational system had been answered two fundamental issues: the first using technology on educational system changed cultural of human habit and the second using technology and cross-cultural giving the understanding to students. The students can not separate by educational systems. Thus, Literacy of technological literacy based on gender, race, and socio-economic has giving comfortable to the male and the female students. The aforementioned, well-being cross-cultural in the education system can be seen by student activities in globalisation era always using ICT in daily activities, learn in school had been involving using instructional media interactive. Accordingly, the result and discussion using technology were not separated in our life and using technology change human life pattern and influence culture in human life. The suggestion to a reader and future researcher please find the different development pattern in a rural and capital city.

References
McLeod, S. A. (2014). Maslow’s Hierarchy of Needs. Retrieved from www.simplypsychology.org/maslow.html
Januszewski, Alan & Molenda, Michael. 2008. Educational technology: a definition with commentary. Madison Avenue, NY: Lawrence Erlbaum Associates.
Isro’i Nurul Faqih & Ghufron Anik. 2015. Keefektifan metode brain-based learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan Volume 2, No 2, Oktober 2015 (201-211). http://journal.uny.ac.id/index.php/jitp. Diakses tanggal 22 Maret 2016.
Satrianawati. 2014. Public perception of changes in the curriculum. Proceeding International seminar: Social, Politics, History, and Education. Yogyakarta state University. ISBN 978-602-1586-27-3
Schunk, D.H. (2008). Learning theories an educational perspective. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.
Wallach, Michael. 2015. Measuring the influences that affect technological literacy in Rhode island high schools. Journal of technology education. Vol. 27 No.1. Eastern Kentucky University.

Lillah

Hari-hari terus berlalu.

Ada rasa kebosanan dalam diri

untuk keluar. walau hanya sekedar refreshing

Aku lebih suka di rumah

Tidur, makan, Nonton, dll yang penting di rumah

Entah kenapa semuanya telah hilang begitu saja

Mungkin rasa itu telah pergi

Grand Hotel, Lombok Mataram Indonesia 23/10 2016

MENGUNGKAP REALITAS

Jauh lebih dalam

tubuh terhempas di jalanan

realitas itu terlalu nyata

mengalahkan logika

mengungkap retorika

adakah dia dalam realitas itu

untuk siapa mengungkap realitas?

ketika tubuhmu

jatuh terserok ke jalanan

perlahan bangkit

ontologi apa yang kau cari?

PERILISIHAN AKAN DIPUTUSKAN DI HARI AKHIR

Kajian Q.S. Yunus:19-21

PERILISIHAN AKAN DIPUTUSKAN DI HARI AKHIR

Penjelasan tentang hal ini saling berkaitan dengan Ayat-ayat Allah yang lain. Bahwa Allah sudah menjelaskan dalam AlQuran.

 

وَمَا كَانَ ٱلنَّاسُ إِلَّآ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ فَٱخۡتَلَفُواْۚ وَلَوۡلَا كَلِمَةٞ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَقُضِيَ بَيۡنَهُمۡ فِيمَا فِيهِ يَخۡتَلِفُونَ ١٩

  1. Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu

 

وَيَقُولُونَ لَوۡلَآ أُنزِلَ عَلَيۡهِ ءَايَةٞ مِّن رَّبِّهِۦۖ فَقُلۡ إِنَّمَا ٱلۡغَيۡبُ لِلَّهِ فَٱنتَظِرُوٓاْ إِنِّي مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُنتَظِرِينَ ٢٠

  1. Dan mereka berkata: “Mepada tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?” Maka katakanlah: “Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu

وَإِذَآ أَذَقۡنَا ٱلنَّاسَ رَحۡمَةٗ مِّنۢ بَعۡدِ ضَرَّآءَ مَسَّتۡهُمۡ إِذَا لَهُم مَّكۡرٞ فِيٓ ءَايَاتِنَاۚ قُلِ ٱللَّهُ أَسۡرَعُ مَكۡرًاۚ إِنَّ رُسُلَنَا يَكۡتُبُونَ مَا تَمۡكُرُونَ ٢١

  1. Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: “Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)”. Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu

 

Catatan:

Allah berfirman dalam Q.S Fathir:45

وَلَوۡ يُؤَاخِذُ ٱللَّهُ ٱلنَّاسَ بِمَا كَسَبُواْ مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهۡرِهَا مِن دَآبَّةٖ وَلَٰكِن يُؤَخِّرُهُمۡ إِلَىٰٓ أَجَلٖ مُّسَمّٗىۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمۡ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِۦ بَصِيرَۢا ٤٥

  1. Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melatapun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya

 

Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Kahfi:58

وَرَبُّكَ ٱلۡغَفُورُ ذُو ٱلرَّحۡمَةِۖ لَوۡ يُؤَاخِذُهُم بِمَا كَسَبُواْ لَعَجَّلَ لَهُمُ ٱلۡعَذَابَۚ بَل لَّهُم مَّوۡعِدٞ لَّن يَجِدُواْ مِن دُونِهِۦ مَوۡئِلٗا ٥٨

  1. Dan Tuhanmulah yang Maha Pengampun, lagi mempunyai rahmat. Jika Dia mengazab mereka karena perbuatan mereka, tentu Dia akan menyegerakan azab bagi mereka. Tetapi bagi mereka ada waktu yang tertentu (untuk mendapat azab) yang mereka sekali-kali tidak akan menemukan tempat berlindung dari padanya

Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam Q.S. Ali Imran:178

 

وَلَا يَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّمَا نُمۡلِي لَهُمۡ خَيۡرٞ لِّأَنفُسِهِمۡۚ إِنَّمَا نُمۡلِي لَهُمۡ لِيَزۡدَادُوٓاْ إِثۡمٗاۖ وَلَهُمۡ عَذَابٞ مُّهِينٞ ١٧٨

  1. Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan

 

Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam Q.S. Thaha:129

 

وَلَوۡلَا كَلِمَةٞ سَبَقَتۡ مِن رَّبِّكَ لَكَانَ لِزَامٗا وَأَجَلٞ مُّسَمّٗى ١٢٩

  1. Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka

 

Selanjutnya Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al A’raf:183

 

وَأُمۡلِي لَهُمۡۚ إِنَّ كَيۡدِي مَتِينٌ ١٨٣

  1. Dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat teguh

 

Mengapa Allah menangguhkan azab bagi mereka yang berdosa?

Karena Allah hendak menguji manusia dan telah menetapkan waktu kapan Allah akan membalasnya. Selain itu, Allah memberikan waktu untuk bertobat. Olehnya itu, kita harus menyadari bahwa kehidupan dunia yang fana ini. Jangan membuat kita terpedaya. Sadarilah diri sendiri, lakukan yang terbaik.

 

#kajian Subuh di Masjid As Salam, Nitikan UH Yogyakarta bersama ustat Syamsul Anwar

Hari kiamat dalam awal PengKajian Q.S Yunus: 14-15

Hari kiamat dalam awal PengKajian Q.S Yunus: 14-15

Q.S. Yunus:14

ثُمَّ جَعَلۡنَٰكُمۡ خَلَٰٓئِفَ فِي ٱلۡأَرۡضِ مِنۢ بَعۡدِهِمۡ لِنَنظُرَ كَيۡفَ تَعۡمَلُونَ ١٤

  1. Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat

وَإِذَا تُتۡلَىٰ عَلَيۡهِمۡ ءَايَاتُنَا بَيِّنَٰتٖ قَالَ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا ٱئۡتِ بِقُرۡءَانٍ غَيۡرِ هَٰذَآ أَوۡ بَدِّلۡهُۚ قُلۡ مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أُبَدِّلَهُۥ مِن تِلۡقَآيِٕ نَفۡسِيٓۖ إِنۡ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰٓ إِلَيَّۖ إِنِّيٓ أَخَافُ إِنۡ عَصَيۡتُ رَبِّي عَذَابَ يَوۡمٍ عَظِيمٖ ١٥

  1. Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami berkata: “Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau gantilah dia”. Katakanlah: “Tidaklah patut bagiku menggantinya dari pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada siksa hari yang besar (kiamat)”

 

Catatan:

Bahwa Allah SWT mewafatkan orang-orang sebelum kita dan mengganti kita dengan yang lain. Dari mana kita mengetahui hal ini. Dari AlQuran dan Hadis serta bukti-bukti sejarah sudah banyak yang beredar dan dapat diakses dengan mudah. Oleh karena itu menghadapi hari akhir kita harus senantiasa membaca Alquran. Kalau kita ingin berdialog dengan Allah maka kita harus membca Alquran. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Dailani dijelaskan bahwa “apabila salah seorang dari kamu ingin berdialog dengan Tuhan maka hendaklah ia membca Alquran”.

Selain itu ada beberapa hal yang harus kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

  1. Berkata benar.
  2. Menepati janji
  3. Melaksanakan amanah
  4. Tidak berkhianat
  5. Menjaga tetangga
  6. Memulai salam
  7. Beramal baik
  8. Memperpendek angan-angan atau mengurangi berkhayal
  9. Konsisten pada keimanan
  10. Berusaha memahami Alquran
  11. Mencintai akhirat
  12. Mencemaskan penghisapan amal

Penghisapan amal merupakan suatu peristiwa yang terjadi di hari kiamat, saat itu Allah akan menampakkan amalan-amalan yang dilakukan oleh hamba-hambaNya selama mereka hidup di dunia. Olehnya itu kita perlu bermuhasabah yaitu dengan cara merenungkan apa yang telah kita lakukan. Karena ketika diakhirat sebesar dzarah akan ditampakkan oleh Allah SWT. Allah berfirman dalam Q.S Al Insyiqaq: 7-12

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ بِيَمِينِهِۦ ٧

  1. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya

فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابٗا يَسِيرٗا ٨

  1. maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah

وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورٗا ٩

  1. dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira

وَأَمَّا مَنۡ أُوتِيَ كِتَٰبَهُۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ ١٠

  1. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang

فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورٗا ١١

  1. maka dia akan berteriak: “Celakalah aku”

وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا ١٢

  1. Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)

 

 

 

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا فَوۡقَكُمۡ سَبۡعَ طَرَآئِقَ وَمَا كُنَّا عَنِ ٱلۡخَلۡقِ غَٰفِلِينَ ١٧

  1. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan (tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami)

Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al Ghasiyah tentang keadaan penghuni-penghuni neraka dan penghuni-penghuni surga

هَلۡ أَتَىٰكَ حَدِيثُ ٱلۡغَٰشِيَةِ ١

  1. Sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan

وُجُوهٞ يَوۡمَئِذٍ خَٰشِعَةٌ ٢

  1. Banyak muka pada hari itu tunduk terhina

عَامِلَةٞ نَّاصِبَةٞ ٣

  1. bekerja keras lagi kepayahan

تَصۡلَىٰ نَارًا حَامِيَةٗ ٤

  1. memasuki api yang sangat panas (neraka)

تُسۡقَىٰ مِنۡ عَيۡنٍ ءَانِيَةٖ ٥

  1. diberi minum (dengan air) dari sumber yang sangat panas

لَّيۡسَ لَهُمۡ طَعَامٌ إِلَّا مِن ضَرِيعٖ ٦

  1. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri

لَّا يُسۡمِنُ وَلَا يُغۡنِي مِن جُوعٖ ٧

  1. yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar

وُجُوهٞ يَوۡمَئِذٖ نَّاعِمَةٞ ٨

  1. Banyak muka pada hari itu berseri-seri

لِّسَعۡيِهَا رَاضِيَةٞ ٩

  1. merasa senang karena usahanya

فِي جَنَّةٍ عَالِيَةٖ ١٠

  1. dalam surga yang tinggi

لَّا تَسۡمَعُ فِيهَا لَٰغِيَةٗ ١١

  1. tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna

فِيهَا عَيۡنٞ جَارِيَةٞ ١٢

  1. Di dalamnya ada mata air yang mengalir

فِيهَا سُرُرٞ مَّرۡفُوعَةٞ ١٣

  1. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan

وَأَكۡوَابٞ مَّوۡضُوعَةٞ ١٤

  1. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya)

وَنَمَارِقُ مَصۡفُوفَةٞ ١٥

  1. dan bantal-bantal sandaran yang tersusun

وَزَرَابِيُّ مَبۡثُوثَةٌ ١٦

  1. dan permadani-permadani yang terhampar

أَفَلَا يَنظُرُونَ إِلَى ٱلۡإِبِلِ كَيۡفَ خُلِقَتۡ ١٧

  1. Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan

وَإِلَى ٱلسَّمَآءِ كَيۡفَ رُفِعَتۡ ١٨

  1. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan

وَإِلَى ٱلۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ ١٩

  1. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan

وَإِلَى ٱلۡأَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ ٢٠

  1. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan

فَذَكِّرۡ إِنَّمَآ أَنتَ مُذَكِّرٞ ٢١

  1. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan

لَّسۡتَ عَلَيۡهِم بِمُصَيۡطِرٍ ٢٢

  1. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka

إِلَّا مَن تَوَلَّىٰ وَكَفَرَ ٢٣

  1. tetapi orang yang berpaling dan kafir

فَيُعَذِّبُهُ ٱللَّهُ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَكۡبَرَ ٢٤

  1. maka Allah akan mengazabnya dengan azab yang besar

إِنَّ إِلَيۡنَآ إِيَابَهُمۡ ٢٥

  1. Sesungguhnya kepada Kami-lah kembali mereka

ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا حِسَابَهُم ٢٦

  1. kemudian sesungguhnya kewajiban Kami-lah menghisab mereka

 

Catatan:

Berdasarkan Q.S. Al Ghaasyiyah Allah menjelaskan pentingnya memperhatikan dan merenugi apa yang dilakukan karena hari penghisaban sudah tidak ada lagi yang dapat menolong diri manusia itu. Jadi kita juga tidak boleh merendahkan orang lain, tapi mesti merendahkan diri atau tidak sombong. Karena setiap amalan kita akan dihisab oleh Allah SWT.

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

KEUTAMAAN MENUNTUT ILMU

Sejak awal manusia diperintahkan untuk melakukan amalan amalan saleh. Orang yang melakukan amalan saleh harus didasarkan pada ilmu. Selain itu ganjaran menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. Sebagaimana Allah berfirman dalam Q.S. Al Mujadillah:11

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ ١١

  1. Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

Catatan:

Orang yang duduk dalam majelis ilmu harus berupaya untuk melapangkan hati, pikiran dan tempat duduk. Mengapa sebelum melapangkan tempat, kita perlu melapangkan hati menerima kehadiran saudara kita dalam suatu majelis. Tidak menguasai ataupun memperluas dalam mengambil tempat duduk. Orang yang berlapang dalam majelis ilmu akan mendapatkan kelapangan dari Allah SWT. Bentuk kelapangan yang diberikan oleh Allah SWT misalnya kelapangan hati atau hati merasa nyaman, kelapangan usaha atau mendapatkan berkah dari arah yang tidak disangka-sangka.

Orang yang menuntut ilmu akan diangkat pula derajatnya oleh Allah SWT. Perlu diketahui bahwa innallaha laghliful mi’ad. Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. Menuntut ilmu juga dijelaskan oleh Allah dalam Q.S Al Baqarah:197

ٱلۡحَجُّ أَشۡهُرٞ مَّعۡلُومَٰتٞۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلۡحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي ٱلۡحَجِّۗ وَمَا تَفۡعَلُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يَعۡلَمۡهُ ٱللَّهُۗ وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيۡرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقۡوَىٰۖ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٧

  1. (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal

Catatan:

Bahwa Allah meminta kita untuk berbekal. Apa maksud berbekal? Maksud berbekal adalah mempunyai amalan yang didasarkan atas ilmu. Karena sebaik-baik bekal adalah taqwa. Oleh karena itu manusia wajib menuntut ilmu. Tallabul ilmi wala bissin. Dan tuntutlah ilmu sampai ke Negeri Cina. Mengapa kok sampai ke Cina karena sejak dulu Cina memang dikenal dengan banyak ilmu pengobatan. Selain itu, untuk memiliki bekal yang terbaik. Maka sebagai manusia calon penghuni surgaNya Allah SWT kita diminta untuk banyak belajar.

Waman arada dunya bililmi, waman aradal akhirat fi alaika bililmi, waman arada huma fi alaika bililmi. Bahagia dunia dengan ilmu, bahagia kahirat dengan ilmu dan untuk bahagia keseluruhannya hanya dengan ilmu.

Selanjutnya dijelaskan bahwa indallaha akramakum indallahi atqaqum. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertakwa. Orang yang mulia berbeda dengan orang yang mulya. Orang yang mulya, diartikan dengan orang yang sugih, banyak harta. Adapun orang yang mulia diartikan dengan orang yang dihargai karena banyaknya ilmu yang dimilikinya. Untuk menjadi orang yang mulya ataupun yang mulia, maka kita harus berilmu. Berusaha. Orang yang mulia adalah orang yang almuta aliman inilah orang yang tahu ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain. Jika kita belum bisa menjadi orang yang al muta aliman, maka kita setidak-tidaknya menjadi orang yang al mustaminan atau suka mendengarkan ilmu ataupun ceramah agama untuk mendapatkan ilmu. Kita juga harus menjadi orang yang almuhiban atau orang yang mencintai ilmu. Larangan untuk manusia jangan menjadi manusia yang walatakum fahisan fatahlik. Semoga dalam tulisan ini bermanfaat untuk para pembaca dan menjadikan hidup kita menjadi hidup yang mulia yang walidun solihun. AmiiiN Ya Rabbal AlamiiN

 # Kajian Subuh, Nitikan UH, Masjid As Salam#

Masjid Dhirar didirikan untuk menandingi Masjid Quba

Masjid Dhirar ya

وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مَسۡجِدٗا ضِرَارٗا وَكُفۡرٗا وَتَفۡرِيقَۢا بَيۡنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ وَإِرۡصَادٗا لِّمَنۡ حَارَبَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ مِن قَبۡلُۚ وَلَيَحۡلِفُنَّ إِنۡ أَرَدۡنَآ إِلَّا ٱلۡحُسۡنَىٰۖ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ١٠٧

  1. Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)

لَا تَقُمۡ فِيهِ أَبَدٗاۚ لَّمَسۡجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقۡوَىٰ مِنۡ أَوَّلِ يَوۡمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِۚ فِيهِ رِجَالٞ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُطَّهِّرِينَ ١٠٨

  1. Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar takwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih

Jadi dalam Q.S.At Taubah:107 menjelaskan tentang Abu Amir. Dalam sejarahnya Abu Amir membuat masjid pembanding yang akan memecah belah kaum muslimin. Yang dimaksud dengan memecah belah kaum muslimin adalah orang yang telah memerangi Allah dan Rasulnya sejak dahulu ialah seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir yang mereka tunggu-tunggu kedatangannya dari Masjid Suriah untuk melaksanakan sholat di masjid yang mereka dirikan, serta membawa tentara Romawi yang akan memerangi kaum muslimin. Tetapi Abu Amir tidak jadi datang, karena ia mati di Suriah dan masjid yang didirikan oleh kaum munafik itu diruntuhkan atas perintah Rasullullah SAW, berkenaan dengan wahyu yang diterimanya setelah kembali dari perang tabuk.

Jadi tujuan mereka menidirikan masjid dhirar adalah:

  1. Didirikan untuk memecah belah umat muslimin.
  2. Menjadi sarana kampanye kekufuran.
  3. Dijadikan sarana pengintai gerak gerik kaum muslimin

Olehnya itu kaum muslimin dilarang untuk sholat di masjid dhirar karena didirikan bukan atas dasar takwa. Sehingga Rasullullah memintah umat muslim untuk menghancurkan masjid dhirar.

Selanjutnya dalam Q.S Al-Baqarah, disebutkan bahwa ada dua golongan dalam islam yaitu golongan mu’min dan golongan kafir. Sedangkan ayat-ayat lainnya lebih banyak menjelaskan golongan orang-orang munafik. Adapun golongan orang-orang yang beriman yaitu para sidiqin, syuhada. Dan golongan orang-orang kafir adalah orang-orang yahudi dan Nasrani yang mereka tahu ilmu sebenranya tetapi mereka tidak mengamalkannya. Atau golongan kafir merupakan mereka tidak mengamalkan ilmu yang diketahuinya.

Jadi ibadah yang mereka lakukan tidak dengan ilmu. Mereka bermuka dua. Berdasarkan Q.S. At Taubah: 54 yaitu:

وَمَا مَنَعَهُمۡ أَن تُقۡبَلَ مِنۡهُمۡ نَفَقَٰتُهُمۡ إِلَّآ أَنَّهُمۡ كَفَرُواْ بِٱللَّهِ وَبِرَسُولِهِۦ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلصَّلَوٰةَ إِلَّا وَهُمۡ كُسَالَىٰ وَلَا يُنفِقُونَ إِلَّا وَهُمۡ كَٰرِهُونَ ٥٤

  1. Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan

Selanjutnya dalam Q.S. An Nisa: 142

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلٗا ١٤٢

  1. Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali

Hikmah kajian subuh hari ini adalah

Allah Maha mengetahui yang terbaik untuk hambaNya

Pengantar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

  1. Hakikat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Perkembangan teknologi berlangsung sangat cepat. Manusia diajak untuk berpikir out of the box. Pola pikir yang out of the box merupakan gambaran untuk memecahkan masalah yang belum terpikirkan atau dilaksanakan oleh orang lain. TI atau teknologi informasi sering disamakan dengan TIK atau teknologi informasi dan komunikasi. Padahal TIK memiliki kajian yang lebih luas dari TI. Bidang kajian TIK adalah:

  1. E-learning
  2. Manajemen informasi
  3. Teknologi Informasi
  4. Teknologi komputer
  5. Sistem informasi manajemen
  6. Internet
  7. Teknologi telekomunikasi (handphone, telephone, teknologi kabel dan nirkabel)
  8. Teknologi jaringan komputer (LAN, MAN, dan WAN)
  9. Sistem keamanan jaringan komputer
  10. Sistem basis data

TI merupakan bidang bagian dari ilmu TIK yang pada implementasinya saling terkait misalnya TI di sekolah membutuhkan jaringan kpmputer dan telepon agar bisa diakses.

Data sering disamakan dengan informasi. Data adalah sesuatu yang belum diolah dan belum dapat digunakan sebagai dasar yang kuat dalam mengambil keputusan.

Teknologi informasi dan komunikasi dalam pendidikan terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

  1. Teknologi dan Budaya yang menyertai

Perkembangan Teknologi dan budaya yang menyeratai pendidikan tidak terlepas dari tiga fungsi utama pendidikan yaitu fungsi integratif, fungsi egalitarian, dan fungsi pengembangan.

  1. Etika pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan

Bagaimana etika pemanfaatan TIK dalam dunia pendidikan? Tik dalam dunia pendidikan digunakan untuk  membantu kegiatan pendidikan. Tidak hanya untuk pre dan inservice tapi proses pembelajaran juga menggunakan pemanfaatan teknologi.

Pemanfaatan TIK yang sering paling akrab dan sering disebut adalah internet dan e-learning.

Internet merupakan kependekan dari inteconnected networking atau international networking, yaitu kumpulan yang sangat luas dari jaringan komputer besar dan kecil yang saling berhubungan dengan menggunakan jaringan komunikasi di seluruh dunia. Internet merupakan gabungan dari beberapa network dengan tata cara yang universal. Sedangkan intranet merupakan pemanfaatan internet dalam LAN untuk menghubungkan orang-orang dalam satu perusahaan atau organisasi tanpa berhubungan dengan dunia luar. Misalnya UAD menggunakan jaringan LAN untuk menghubungkan antar program studi yang tersebar di beberapa kampus. Apabila intranet di UAD hendak digabungkan dengan jaringan internet, maka perlu dipisahkan antara bagian yang boleh dan tidak boleh diakses secara umum. Untuk pemisahan tersebut perlu menggunakan sistem keamanan yang handal dan selalu diperbaharui. Selain itu, untuk sistem keamanan dapat juga dilakukan pemisahan secara fisik (hardware)sehingga tidak mungkin ditembus para hacker.

Adapun e-learning merupakan singkatan dari electronik learning yang dikenal dengan pembelajaran online. Teknologi e-learning merupakan suatu teknologi yang dijembatani oleh teknologi internet, membutuhkan sebuah media, untuk dapat menampilakan materi-materi kursus dan pertanyaan-pertanyaan dan juga membutuhkan fasilitas komunikasi untuk dapat saling bertukar informasi antara peserta dengan pengajar. Berbagai pendapat dikemukakan untuk mendefinisikan e-learning secara tepat. Ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan agr didapatkan pengertian yang utuh tentang wilayah dari e-learning. Istilah yang lain meliputi distance learning, distance education, telelearning, on line learning dan e-training.

Telelearning merupakan hubungan antara orang orang dan sumber yang menggunakan media teknologi komunikasi dan belajar sebagai tujuannya.

Sedangkan on-line learning sama dengan web-based learning. On-line learning merupakan pemanfaatan sebagian dari pembelajaran  berbasis teknologi dan menggambarkan pembelajaran lewat internet, intranet atau extranet.

E-learning merupakan pembelajaran berbasis teknologi, mencakup sejumlah aplikasi dan proses, termasuk pembelajaran berbasis komputer,pembelajaran berbasis web, virtual classroom, dan digital collaboration. Ada istilah lain yaitu  e-training yang menggambarkan suatu perusahaan atau lembaga sebagai penyelenggara pealtihan (training) menggunakan e-learning. Kewilayahan masing-masing  digambarkan seperti hal di atas.

Distance learning adalah suatu proses membawa informasi interaktif dan informasi pembelajaran yang ditunjukkan kepada siswa pada waktu, tempat, dan tampilan (bentuk) yang tepat. Distance education adalah suatu situasi belajar antara guru dan siswa yang dipisahkan oleh waktu dan tempat. Kontrol pembelajaran lebih besar berada pada siswa daripada guru, dan komunikasi antara guru dan siswa menggunakan media berteknologi komunikasi (Munir, 2008).

e-learning sendiri adalah salah satu bentuk dari konsep distance learning. Bentuk e-learning sendiri cukup luas, sebuah portal yang berisi informasi ilmu pengetahuan sudah dapat dikatakan sebagai situs e-learning. E-learning atau internet enabled learning menggabungkan metode pengajaran atau teknologi sebagai sarana dalam belajar. E-learning adalah proses belajar secara efektif yang dihasilkan dengan cara menggabungkan penyampaian materi secara digital yang terdiri dari dukungan dan layanan dalam belajar.